Masyarakat Kecamatan Bantaran dan sekitarnya sudah tidak perlu susah-susah pergi ke rumah sakit untuk merawat keluarganya. Sebab, sejak April 2008, Puskesmas Bantaran yang terletak di Jalan Raya Bantaran ini meningkatkan pelayanannya menjadi Puskesmas Rawat Inap. Puskesmas Bantaran mempunyai visi sebagai puskesmas rujukan antara sebelum dirujuk ke rumah sakit umum. Layanan yang diberikan oleh Puskesmas Rawat Inap Bantaran saat ini sudah banyak dinikmati oleh masyarakat di 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bantaran, Kuripan, Wonomerto, dan Sumber.
Kepala Puskesmas Bantaran dr. Shodiq Tjahyono mengatakan sebagai salah satu puskesmas rawat inap, Puskesmas Bantaran mempunyai misi meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan medis kepada masyarakat terutama yang dirawat inap. Selain itu juga untuk meningkatkan mutu pelayanan dan terus melakukan pembenahan. “Saat ini Puskesmas Bantaran masih belum memiliki dapur umum dan mushollah,” terang dr. Shodiq.
Saat ini, Puskesmas Bantaran baru memiliki seorang dokter dan itupun merangkap sebagai Kepala Puskesmas. Idealnya, sebuah Puskesmas Rawat Inap minimal memiliki dua orang dokter. Selain itu, Puskesmas Bantaran memiliki 2 bidan induk dan 9 bidan luar serta 8 orang perawat induk dan 2 perawat luar yang semuanya sudah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Total tim medis yang berada di wilayah Puskesmas Bantaran baik induk maupun luar sebanyak 38 tim medis.
Hingga sekarang, Puskesmas Bantaran baru memiliki ruang rawat inap kelas III sebanyak 4 ruangan yang notabene baru kelas ekonomi. Setiap harinya, ada 2 hingga 3 orang perawat yang bertugas dibantu oleh seorang kepala ruangan. Tarif yang ada ditetapkan sesuai dengan Perda No. 12 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan. “Meskipun baru kelas ekonomi, namun para perawat bertekad untuk memberikan pelayanan yang berbasis VIP demi kenyamanan pasien,” ujar dr. Shodiq.
Fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas Bantaran meliputi ruang Unit Gawat Darurat (UGD) dengan 2 tempat tidur yang selalu siap 24 jam, kamar bersalin 1 ruang, Laboratorium, Puskesmas Keliling dan Ambulance, Ruang Imunisasi, Ruang Deteksi Tumbuh Kembang Balita, Balai Pengobatan, Ruang Kesehatan Ibu dan Anak, Poli Gigi dan Poli Gizi, Apotik, Poli KB dan Ruang pertemuan para Dukun melahirkan.
“Untuk obat-obatan, selain pengadaan sendiri, Puskesmas Bantaran juga mendapatkan bantuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten,” jelas dr. Shodiq.
Untuk fasilitas rawat inap, Puskesmas Bantaran memiliki 1 orang kepala ruangan dan 6 orang perawat yang diatur sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Jam pagi terdiri dari 1 orang tenaga medis induk dan 1 orang perawat serta 1 orang pembantu yang dalam hal ini penjaga malam. Begitu juga untuk jam sore dan jam malam.
“Untuk dokternya selalu siap selama 24 jam. Apalagi saya juga menempati rumah dinas. Jika ada masyarakat malam-malam minta dilayani, otomatis harus segera memberikan pelayanan,” lanjut dr. Shodiq.
Meskipun statusnya sudah berubah dari rawat jalan menjadi rawat inap, Puskesmas Bantaran tetap melayani masyarakat yang menggunakan kartu Askes maupun JPS. Mereka akan dilayani dengan baik oleh petugas dan tim medis. Semua pasien, baik Askes dan JPS maupun umum akan dirawat di Puskesmas Bantaran maksimal 3 hari. Setelah itu pasien yang bersangkutan akan dirujuk ke rumah sakit umum.
“Namun ada sebagian pasien yang menolak untuk dirujuk dengan berbagai macam alas an. Mau tidak mau kita akan merawat pasien tersebut sampai sembuh. Masak kita akan memaksakan mereka untuk rujuk. Pernah juga ada pasien yang pulang dari rumah sakit umum dan minta dirawat disini. Ya, kita layani saja,” ungkap dr. Shodiq.
dr. Shodiq saat melakukan pemeriksaan kepada salah satu pasien rawat inap
Hingga saat ini, penyakit yang banyak ditangani oleh Puskesmas Bantaran adalah Infeksi Saluran Pernapasan. Rata-rata penyakit ini mencapai 30%. Penyebab utamanya karena memang kondisi alam yang selalu berubah-ubah. Kemudian disusul penyakit diare. Sementara untuk Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2008 belum pernah terjadi. Hanya saja untuk ANgka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2008 terdapat 2 orang bayi yang lahir karena Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Dan itupun karena lahir kembar dan berasal dari Desa Patokan Kecamatan Bantaran.
“Saya berharap masyarakat bisa menggunakan segala fasilitas rawat inap ini tanpa harus jauh-jauh datang ke rumah sakit. Hal itu untuk mencegah adanya keterlambatan mendapatkan perawatan. Kalau memang nanti tidak mampu, baru kita akan melakukan rujukan ke rumah sakit,” pungkas dr. Shodiq.
kematian bayi yang baru terjadi di mana bantaran ato wonomerto. kok belum di posting
BalasHapusNama saya Muhammad yusuf.asal desa legundi.apa betul ambulance di puskesmas bayar.di saat masyarakat membutuhkan.mintol di bales ngeh
BalasHapus